Kisah Mutan 6

kisah mutan 6

Hujan turun..rintik-rintik..dan berangsur-angsur makin deras. Harum memandang si Butut, menunggu jawaban..

Muka si Butut memerah. Ia salah tingkah, dan menghela napas panjang. Ia menoleh ke arah Harum sebentar, tersenyum..dan..

“ya..sebab..matamu begitu cerah..Jadi kalo cuaca juga cerah..kan cocok,” kata si Butut sekenanya.

Harum menaikkan alis matanya.

“Ha ha..! ha ha ha ha..!” si Butut tertawa konyol, berharap Harum mau menerima lawakannya yang sangat gak lucu barusan.

Kemudian..Harum pun turut tersenyum..

~~~
ucapkanlah kasih
satu kata yang kunantikan
sebab kutak mampu membaca matamu
mendengar bisikmu

nyanyikanlah kasih
senandung kata hatimu
sebab kutak sanggup
mengartikan getar ini
sebab ku meragu pada dirimu
 
mengapa berat ungkapkan cinta
padahal ia ada
dalam rinai hujan
dalam terang bulan
juga dalam sedu sedan

mengapa sulit mengaku cinta
padahal yang terasa
dalam rindu dendam
hening malam
cinta terasa ada
~~~

Hari karnaval!

Mobil-mobil karnaval telah berjajar rapi, berjalan pelan, di sepanjang jalan. Warga kota Malang menonton dengan sangat antusias di tepi-tepi jalan.

Mobil karnaval teman-teman mutan kita mirip seperti panggung boneka. Dengan bentuk seperti kota tempo doeloe yang hancur karena perang, dan boneka-boneka yang bergerak-gerak dan bersuara, menampilkan adegan-adegan perang kemerdekaan. Boneka-boneka itu digerakkan oleh teman-teman kita di bawah panggung. Tak terlihat oleh penonton.

Mobil karnaval yang disopiri si Butut, alias mobil karnaval milik Gunawan dan adiknya, Harum, berbentuk burung garuda yang besar, yang bertengger di atas mobil dengan gagah. Sebenarnya, akan lebih sempurna seandainya burung itu bisa bergerak. Namun matanya yang merah menyala-nyala, serta suara burung garuda dari sound system, setidaknya membuat burung garuda itu jadi seperti hidup.

Si Butut menyetir sendirian di dalam mobil. Sedangkan Harum di belakang, di dekat burung garuda, berpakaian seperti pejuang kemerdekaan, yang mempertahankan lambang negara. Ia membacakan puisi melalui pengeras suara. Sedangkan si Gunawan, entahlah, dari tadi tidak kelihatan..

Sangat meriah! Lomba mobil karnaval ini diikuti oleh banyak peserta yang sangat kreatif, yang menghiasi mobil mereka dengan berbagai tema kemerdekaan dan indonesia.

Chen, salah satu teman mutan kita, berada di antara penonton, mengambil satu persatu foto mobil karnaval yang lewat di depannya. Tapi tidak hanya itu, ia juga mengambil foto orang-orang yang menarik perhatiannya, terutama cewek-cewek Malang yang cantik-cantik, ia ambil gambarnya secara diam-diam. Yah, maklum lah, mutan yang satu ini emang playboy.

Sore hendak berakhir. Semua mobil karnaval satu persatu memasuki finish, dan mereka parkir di tempat yang disediakan, di dalam dan luar stadion gajayana. Mereka telah dinilai dari start sampai finish, penampilan mereka, bentuk mobil hias mereka, dan lain-lainnya. Ada tim penilainya. Dan Pengumuman pemenangnya pun akan diumumkan hari ini juga di sebuah panggung.

Reporter tivi-tivi lokal dan nasional ramai meliput acara ini. Perhatian semua orang sekarang telah tertuju ke sebuah panggung, dimana akan dibacakan siapa yang akan menjadi pemenang lomba mobil hias karnaval. Pak Walikota telah berdiri di atas panggung, dan akan segera membacakan hasil penjurian, sekaligus akan menyerahkan hadiahnya secara simbolis.

“Baiklah bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, mbak-mbak, adik-adik, yang telah memilih saya sebagai walikota, I love you, maupun yang tidak memilih saya, I love you too..seperti yang telah kita tahu, Malang, sebagai kota Bunga yang tak ada bunganya…bla bla..bla bla..bla bla..”

Semua orang mendengarkan pidato pak Wali dengan harap-harap cemas. Tentu saja mereka sudah tak sabar untuk mengetahui siapa yang menjadi juaranya. Suasana hening..Burung-burung berhenti berkicau, angin berhenti bertiup..dan semua orang pun menahan kentut…satu-satunya suara yang berkumandang adalah suara pak Wali yang sedang mengutarakan isi hatinya..

Dan tak lama kemudian..tibalah saatnya dibacakan pemenang dari lomba hias mobil karnaval yang heboh ini…

“Pemenangnya adalah…peserta nomor….”

dung dung dung dung dung dung dung dung…!! Bunyi genderam..

“Setelah iklan-iklan yang berikut ini!!”

Huuuuuuuu !!! Para penonton bersorak penuh kecewa. Tapi seakan tidak peduli dengan teriakan penonton, muncullah beberapa orang dari salah satu produk operator seluler ke atas panggung, mereka bergantian membeberkan kelebihan produknya..

“bla bla bla bla…”, kata salah seorang yang mempromosikan produknya.

“Alaah..paling juga antar sesama!” celetuk salah seorang penonton.

“Eit! Bla bla bla..bla bla bla!” Jawab salah seorang yang mempromosikan produknya. Sambil seorang yang lain membuka lembaran kertas bertuliskan “Syarat dan Ketentuan Berlaku”, dan dibawahnya ada tanda bintang, dengan tulisan yang lebih kecil.

“Alaaah…paling juga pada jam tidur!” celetuk salah seorang penonton lagi.

“Eit! Bla bla bla..bla bla bla..! Jawab salah seorang yang mempromosikan produknya lagi. Seorang yang lain tetap membuka lembaran kertas yang tadi.

“Hei! Tunggu!! Itu tulisannya kok kecil sekali? Bacain dong!” Teriak salah seorang penonton lagi.

“Eit! Maaf ya! Kita terbatas durasi, jadi gak bisa bacain. Dan lembaran kertasnya juga gak bisa besar, soalnya akan sulit bawanya kalau besar. Jadi huruf-hurufnya ya menyesuaikan dengan kertasnya dong..segini…bisa dibaca kok..!” Kata salah seorang di panggung.

“Mana bisa dibaca! Wong kecil-kecil gitu!” Seru penonton di belakang.

“Eit! Jangan malas dong, maju sini kek, pasti bisa baca!” Jawab seorang di panggung lagi.

Dan berakhirlah acara iklan di atas panggung, dengan meninggalkan rasa penasaran pada penontonnya..

Pak Walikota maju lagi di atas panggung. “Baiklah, sekarang saatnya diumumkan, siapa yang akan menjadi pemenang dari lomba mobil hias karnaval kali ini!!”

Penonton diam lagi. Mereka menunggu..

“Juara 3 adalah…..”

Dum dum dum dum dum..! Bunyi genderang lagi.

“…Nomor 153!!!”

Horeeeeee!! Para penonton berteriak dan bertepuk tangan.

“Dan juara 2 adalah…”

Bunyi genderang lagi..

“..Nomor 28!!!”

Yihuuuuuu! Penonton berseru lagi sambil bertepuk tangan.

“Daaaan..juara satuuuuu…adalah…!”

Para penonton menahan napas..bahkan ada juga yang menutup hidungnya karena baru saja ada suara misterius!

“Nomooor…..246!!!

Horeeeeeee!!! Para penonton bersorak, dan bertepuk tangan. Sementara beberapa dari mereka ada juga yang mengeluarkan pena dan kertas, mencatat nomor-nomor yang muncul tadi. Barangkali mau dibuat taruhan!

Si Butut ada di mobil sendirian, karena tadi si Harum pergi, dan bilangnya mau beli es degan.

“Ah, mobil hias ini gak menang, dan mobil hias teman-teman juga gak menang..” Pikirnya. Ia keliatan kecewa.

Tiba-tiba Si Butut terloncat kaget! Karena tiba-tiba patung burung garuda di belakang mobilnya bergerak lalu melesat terbang!!

“Eh??? Ada apa??” Seru Si Butut. Ia keluar dari mobil. Ia melihat burung garuda tadi terbang meluncur ke arah panggung. Dengan cepat burung itu menyambar pak Walikota,dan kakinya mencengkeram pak Wali dan membawanya terbang..

Mata Si Butut terbelalak. Semua kejadian tadi berlangsung sangat cepat. Sesaat ia seperti tak bisa bergerak..semua orang di sekeliling pun terhenyak..

Apa yang terjadi???? Apa yang terjadi ????

Bersambung ke Kisah Mutan 7..

Leave a comment